Kamis, 17 April 2014

Sejarah Finlandia



Sejarah
Finlandia mempunyai sejarah yang bergelora. Sejak tahun 154, negara ini telah menjadi bagian Kerajaan Swedia. Pada abad ke-18, negara ini telah diduduki oleh tentara Rusia sebanyak dua kali. Pada tahun 1808, Finlandia telah ditakluki tentara Kaisar Aleksandr I dan kemudian terus menjadi kadipaten agung berautonomi di bawah Kekaisaran Rusia hingga akhir tahun 1917.
Era tahun 1860-an telah menyaksikan kebangkitan semangat nasionalisme rakyat Finland dan kelahiran pergerakan Fennoman. Pada tanggal 6 Desember, 1917, beberapa bulan setelah Revolusi Bolshevik di Rusia, Finlandia telah menyatakan kemerdekaannya. Walaupun begitu, negara ini hanya mencapai kemerdekaan secara resmi pada 3 Januari 1918 dan pertikaian perbatasan telah diselesaikan setelah Perjanjian Tartu yang ditandatangani pada tahun 1920. Namun demikian, ancaman Uni Soviet tidak berakhir di situ saja. Sewaktu Perang Dunia II, Finlandia telah menentang Uni Soviet sebanyak dua kali: pertama pada Perang Musim Dingin antara 1939–1940 dan Perang Sambungan antara 1941–1944. Pada 1944, Finlandia sekali lagi diserang, kali ini dari pihak tentara Jerman dalam Perang Laplandia 1944-1945, di mana tentara Finlandia berhasil mengusir tentara Jerman dari sebelah Utara Finlandia. Setamat perang, pemerintah Finlandia mengadakan beberapa perjanjian dengan Uni Soviet antara tahun 1947-1948 yang berakibat pada diserahkannya beberapa wilayah Finlandia kepada Uni Soviet. Wilayah tersebut antara lain: Karelia,Salla dan Petsamo.
Selepas perang, Finlandia berada dalam keadaan yang berbahaya sekaligus strategis sebagai negara penyangga keseimbangan antara kekuatan komunis Uni Sovietdan negara-negara demokratis yang lain di Eropa. Oleh karena itu pada tahun 1948, negara ini terpaksa menandatangani perjanjian Finlandia–Soviet iaitu Perjanjian Persahabatan, Kerjasama, dan Saling Menguntungkan, yang juga dikenali sebagai Perjanjian YYA. Perjanjian ini penting untuk memastikan kelangsungan hidup Finlandia sebagai sebuah negara kapitalis demokratis. Pada dasarnya dalam perjanjian ini, Finlandia berkewajiban untuk menjadi negara yang netral ketika Perang Dingin dan membendung serangan apapun terhadap Uni Soviet yang dilakukan melalui Finlandia.
Era pascaperang telah menyaksikan pembangunan ekonomi yang pesat dan kestabilan politik di Finlandia. Negara yang dulunya hampir musnah akibat perang yang berkepanjangan telah bangkit menjadi sebuah ekonomi yang sangat kompetitif dan berteknologi tinggi. Walaupun mempunyai hubungan bilateral yang tidak baik dengan Uni Soviet, negara ini merupakan salah satu rekan dagangannya yang utama. Oleh karena itu kejatuhan Uni Soviet pada 1991 telah memberi tamparan yang hebat kepada ekonomi Finlandia. Namun demikian, dalam masa yang singkat negara ini telah pulih kembali. Malah pada tahun 1995 negara ini masuk menjadi anggota Uni Eropa. Kini, Finlandia dianggap sebagai sebuah negara yang sangat maju terutama dalam penggunaan internet dan industri telepon genggam. Selain itu, negara ini cukup terkenal dengan sistem pendidikan dan sistem sosial yang cemerlang.