Finlandia
mempunyai sejarah yang bergelora. Sejak tahun 154, negara ini telah menjadi
bagian Kerajaan Swedia. Pada abad ke-18, negara ini telah diduduki oleh tentara
Rusia sebanyak dua kali. Pada tahun 1808, Finlandia telah ditakluki tentara
Kaisar Aleksandr I dan kemudian terus menjadi kadipaten agung
berautonomi di bawah Kekaisaran Rusia hingga akhir tahun 1917.
Era
tahun 1860-an telah menyaksikan kebangkitan semangat nasionalisme rakyat Finland dan kelahiran pergerakan Fennoman. Pada tanggal 6 Desember, 1917,
beberapa bulan setelah Revolusi Bolshevik di Rusia, Finlandia telah menyatakan
kemerdekaannya. Walaupun begitu, negara ini hanya mencapai kemerdekaan secara
resmi pada 3 Januari 1918 dan pertikaian perbatasan telah diselesaikan setelah Perjanjian Tartu yang
ditandatangani pada tahun 1920.
Namun demikian, ancaman Uni Soviet tidak berakhir di situ saja. Sewaktu Perang Dunia II, Finlandia telah menentang Uni Soviet sebanyak dua kali:
pertama pada Perang Musim Dingin antara 1939–1940 dan Perang Sambungan antara
1941–1944. Pada 1944, Finlandia sekali lagi diserang, kali ini dari pihak
tentara Jerman dalam Perang Laplandia 1944-1945, di mana tentara Finlandia berhasil
mengusir tentara Jerman dari sebelah Utara Finlandia. Setamat perang,
pemerintah Finlandia mengadakan beberapa perjanjian dengan Uni Soviet antara
tahun 1947-1948 yang berakibat pada diserahkannya beberapa wilayah Finlandia
kepada Uni Soviet. Wilayah tersebut antara lain: Karelia,Salla dan Petsamo.
Selepas
perang, Finlandia berada dalam keadaan yang berbahaya sekaligus strategis
sebagai negara penyangga keseimbangan antara kekuatan komunis Uni Sovietdan negara-negara demokratis yang lain di Eropa. Oleh
karena itu pada tahun 1948, negara ini terpaksa menandatangani perjanjian
Finlandia–Soviet iaitu Perjanjian Persahabatan, Kerjasama, dan Saling
Menguntungkan, yang juga dikenali sebagai Perjanjian
YYA. Perjanjian ini penting untuk memastikan
kelangsungan hidup Finlandia sebagai sebuah negara kapitalis demokratis. Pada dasarnya dalam perjanjian ini,
Finlandia berkewajiban untuk menjadi negara yang netral ketika Perang Dingin dan membendung serangan apapun terhadap Uni Soviet
yang dilakukan melalui Finlandia.
Era
pascaperang telah menyaksikan pembangunan ekonomi yang pesat dan kestabilan
politik di Finlandia. Negara yang dulunya hampir musnah akibat perang yang
berkepanjangan telah bangkit menjadi sebuah ekonomi yang sangat kompetitif dan
berteknologi tinggi. Walaupun mempunyai hubungan bilateral yang tidak baik
dengan Uni Soviet, negara ini merupakan salah satu rekan dagangannya yang
utama. Oleh karena itu kejatuhan Uni Soviet pada 1991 telah memberi tamparan
yang hebat kepada ekonomi Finlandia. Namun demikian, dalam masa yang singkat
negara ini telah pulih kembali. Malah pada tahun 1995 negara ini masuk menjadi
anggota Uni Eropa. Kini, Finlandia dianggap sebagai sebuah negara yang sangat
maju terutama dalam penggunaan internet dan industri telepon genggam. Selain
itu, negara ini cukup terkenal dengan sistem pendidikan dan sistem sosial yang
cemerlang.